Kasus Tenggelamnya Kapal KM Tiana Kini Memasuki Babak Baru

IMG 20221201 WA0009 jpg

Nyawa dua manusiapun meninggal pada peristiwa itu. Sebelum kejadian badai angin tersebut, sekitar pukul 02.00 dini hari signal  itu tampak mereka temukan dalam pelayaran sehingga memutuskan untuk berlabuh dan berhenti di pulau kambing. Kapten kapal saat itu tetap bersiaga untuk memastikan agar semuanya baik-baik saja. Terbukti  badai baru datang pada sekitar pukul 05.00 dini hari. Dan ketika itu kapten berteriak agar semua penumpang siap-siap menyelamatkan diri.

BACA JUGA:  Presiden Jokowi: "Tarif Masuk Pulau Komodo dan Pulau Padar Berkontribusi Untuk Konservasi dan Pertumbuhan Ekonomi"

Dari sinilah saya tidak menemukan bahwa kapten lalai dalam tugasnya. Memilih untuk berhenti dipulau kambing adalah sebuah pilihan yang tepat. Coba bayangkan kalau kapal tersebut dipaksakan terus berlayar. Bukankah justru menambah daftar manusia yang meninggal?.

Pada kasus ini, jujurnya kita tidak boleh menilai sepihak bahwa yang membuat nyawa manusia itu meninggal adalah karena kelalaian kapten semata. Menurut saya, unsur kelalaian sangatlah kecil untuk menemukan penyebab utamanya. Faktanya ada badai sebelum dan saat peristiwa terjadi. Ada durasi sekitar dua jam lebih mereka berhenti atau berlabuh dipulau kambing. Dua jam tersebut tempatnya dinyatakan nyaman. Tidak ada badai. Waktu terjadinya (tempus delicty-nya) baru sekitar pukul 05.00 dini hari.