Oleh: Rm.Edy Menori, Pr
Ketua Yayasan Pendidikan Sukma Pusat Keuskupam Ruteng
Ruang publik penuh terisi informasi.
Datang dan pergi silih berganti.
Berbarengan dengan beragam tema diskusi;
Menganalisa aneka soal dan solusi.
Masalah dibedah dari akar sampai daun
Pemicu dan pencari solusi duduk sekursi
Serius berdiskusi sambil santai mengopi
Udara pengap dipenuhi wacana dan janji.
Jauh dari keramaian kota di kesunyian hutan.
Monyet menjerit tak bisa bersuara,
cuma air mata membahasakan derita.
Sebab rumahnya telah hancur di tangan manusia serakah.
Jauh dari layar kaca yang didekorasi serba mahal di atas debu tanah warisan nenek moyang, Para petani meratapi tanah dan tanaman, hasih jerih lelahnya bertahun -tahun, hancur dan dirampas tangan serakah.
Ruang etalase para pakar berdasi
dan ruang sunyi petani meratapi nasib,
mirip lukisan karikatur tahun 80an
menggambarkan kondisi paradoks saat itu.
Adalah yang bersepatu lars,
merangkul petani tak beralas kaki.
Sambil menginjak kaki petani
Dia berkata, “kita bersaudara”.