Driing … driiing … Driiiing
Ah… rupanya, hanya HP-ku yang tak mengenal rasa sepi. Baik musim hujan maupun musim kering, ia tetap setia berdering. Entah lah itu pesan baik atau malah pesan buruk, atau barangkali membawa kejutan, mungkin seseorang lagi kelimpahan pulsa dan menyumbang secara sukarela ke handphone-ku; Atau? Jangan-jangan itu sekedar iseng-iseng dari Telkomsel yang menjanjikan hal-hal yang muluk-muluk.
“Hi…Mat pagi…! ”
“Wah nomor baru. Moni … berwaspadalah! Dunia sempit ini tidak hanya disediakan untuk orang jujur, tapi juga untuk para penipu. Beraninya menyapa sayang, jangan-jangan sangar hatinya.’’ Gumamku, sembari membalas santai,
“Pg jg. Ada yg bisa dibantu?” balasku singkat.
“Btl ini Moni?”
Loh, dia tahu namaku?
“Ia… emangx napa sih?”
“Aq Randy. K’k klsmu. 2 mggu lalu, aq melihtmu di perpus. trs, aq dpt nmr-mu dr Cella, tmn klsmu. Sbrx, aq ingin mengatakan sstu, tp… ”
“Oh ya santai aja Ran.…”
Aku bilang santai. Tapi, sebetulnya sih, aku sedang menyangkal diri, sebab denyut nadiku lebih cepat dari biasanya setelah membaca pesan itu. Aku kenal orangnya. Sebetulnya Randy tak seganteng artis-artis papan atas sih tapi, tiap kali kami berpapasan sepertinya ada sesuatu. Aku sendiri tak bisa melukiskan bagaimana rasanya, hanya hati yang tahu. Mungkin hal seperti ini yang membuat mamaku sering bilang kalau masa putih abu-abu itu masa yang sangat mengesankan.