Problem Posing Solusi Siswa Pasif di Kelas Dalam Pembelajaran Antropologi

Img 20220905 150233

ARTIKEL ILMIAH POPULER ANTROPOLOGI

Oleh : Sirilus Gonsi, S. Fil (Guru pada SMA Negeri 2 Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, NTT)

Manggarai Barat, SorotNTT.com,- Antropologi merupakan disiplin keilmuan yang mempelajari proses serta struktur sosial serta kebudayaan. Antropologi berasal dari kata Yunani (Anthropos) yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaannya.  Objek kajian ilmu antropologi adalah manusia dalam hubungannya dengan kebudayaan. Sebagai sebuah ilmu, antropologi tentunya dipelajari di Sekolah.

Dalam proses kegiatan belajar dan mengajar  di kelas ditemui berbagai persoalan terkait partisipasi  dan keaktifan siswa bersama gurunya. Persoalan yang ditemui antara lain siswa pasif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, dan kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran ilmu antropologi.
Padahal dalam proses kegiatan belajar dan mengajar di kelas melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain, yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan faktor siswa sebagai objek pembelajaran.

Salah satu upaya dalam peningkatan kualitas Pendidikan adalah dengan upaya memperbaiki proses pembelajaran di dalam institusi Pendidikan. Namun harapan ini sepertinya jauh panggang dari api. Kenyataannya proses pembelajaran saat ini lebih berupaya indoktrinasi/otoriter dan kurang menekankan keterlibatan pesertadidik (Sanusi, 2011).

Model pengajaran seperti ini oleh Paulo Freire (1985) disebut sebagai model Pendidikan Gaya Bank di mana guru mengajar, siswa diajar, guru berbicara murid mendengar.

Berbagai persoalan pembelajaran sebagaimana  yang disebutkan di atas menggugah penulis untuk merancang dan mengusung suatu metode pengajaran yang mampu membantu siswa dalam peningkatan kemampuannya dalam berinteraksi dan berdialog dengan guru dalam proses kegiatan belajar dan mengajar pelajaran antropologi.

Metode yang ditawarkan adalah metode Problem Posing atau metode hadap masalah. Melalui metode ini diharapkan siswa mampu mengenal dirinya dan mampu  megenal realitas dan kebudayaannya serta aktif dan tidak pasif dalam kegiatan belajar mengajar ilmu antropologi  di kelas.

Fenomena siswa pasif di kelas menjadi persoalan dalam proses pembelajaran. Pasif maksudnya adalah bersifat menerima saja, tidak giat, tidak aktif.  Maka dapat dikatakan bahwa siswa yang pasif adalah siswa yang memiliki sifat diam, pasrah terhadap apa yang terjadi saat proses pembelajaran. Sikap pasif ini berdampak  pada hambatan dalam proses pembelajaran dan dialog dalam proses pentramisian ilmu pengetahuan.  Dampak lainnya adalah seringkali tertinggal dalam pelajaran, tidak pernah bertanya ke guru walaupun tidak mengerti, bahkan tidak memiliki teman kelompok dalam pengerjaan tugas kelompok.

BACA JUGA:  Presiden Jokowi Tinjau Kesiapan Sejumlah Tempat KTT ASEAN di Labuan Bajo

Siswa pasif di kelas tentunya disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internalnya seperti rasa malu, takut menjawab salah, grogi dan lain sebagainya. Faktor eksternalnya seperti tidak suka dengan pelajaran, pelajarannya tidak kontekstual dengan keadaan siswa dan lain sebagainya.

Siswa yang pasif hanya bisa menerima apa yang dia lihat dan dikatakan orang padanya. Siswa yang pasif di kelas menjadi tanggungjawab guru agar aktif dalam proses pembelajaran sehingga potensi dirinya bisa berkembang dengan baik. Untuk mewujudkan siswa aktif di kelas diperlukan penerapan metode problem posing atau metode hadap masalah.

Metode pengajaran hadap masalah (problem posing) telah dikembangkan oleh Paulo Freire. Problem Posing adalah metode pengajaran yang menekankan pemikiran kritis untuk tujuan pembebasan.

Bagi Freire metode hadap masalah merupakan metode transformasi terhadap konsep Gaya Bank. Dalam metode hadap masalah, murid dan guru diajak untuk melihat masalah sehari-hari dan bersama melakukan refleksi kemudian melakukan dialog dua arah untuk memecahkan masalah yang sedang dibahas. Dalam metode ini ada interaksi timbalbalik antara guru, murid dan lingkungannya. 

BACA JUGA:  Upaya Johny G. Plate Menjadi Justice Collborator, Merupakan Sebuah Nyali Besar dan Kejutan Besar

Guru dan murid adalah sama-sama belajar dari masalah yang dihadapi.  Guru dan murid bersama-sama sebagai subjek dalam memecahkan permasalahan. Guru bertindak sebagai koordinator yang memperlancar percakapan dialogis. Guru adalah teman dalam memecahkan permasalahan, sementara murid adalah partisipan aktif dalam dialog tersebut.

Metode problem posing (hadap masalah) dalam pengajarannya bertujuan untuk menciptakan kesadaran pada peserta didik terhadap lingkungannya. Kesadaran itu baik kesadaran dirinya maupun kesadaran akan alam dan budayanya.

Bagi saya metode ini sangat cocok dalam proses pengajaran antropologi. Alasannya bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dalam hubungan dengan kebudayaannya. Ilmu antropologi melihat masyarakat sebagai sistem jaringan nilai yang mengatur kehidupan masyarakat. Hal ini berarti yang dikaji dalam antropologi menyangkut persoalan nilai, aturan, norma, institusi sosial, unsur –unsur kebudayaan , stratifikasi sosial, perubahan social/perubahan kebudayaan dan berbagai prilaku manusia dalam kaitan dengan budaya.

Hal lain yang dipersoalkan adalah kemajuan IPTEK, modernisasi, globalisasi dan berbagai prilaku negatif seperti korupsi dan hal lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa yang dipersoalkan dalam ilmu antropologi selalu bersinggungan dengan lingkungan kehidupan siswa.  

Dalam proses implementasi metode hadap masalah sebagai solusi siswa pasif dalam pelajaran antropologi dilakukan langkah langkah sebagai berikut:

Pertama : Guru menghadirkan suatu wacana berupa teks tentang cara hidup dari suatu kebudayaan tertentu atau tentang perilaku koruptif misalnya.  Kemudian guru meminta siswa untuk membaca dan memberikan pertanyaan kepada guru. Kemudian pertanyaan dari siswa merupakan soal untuk ditemukan jawabannya dalam diskusi dan dialog antar sesama warga kelas.

Kedua : Saat dialog, Guru meminta setiap siswa untuk bertanya saat diskusi. Guru mendekati siswa  sebagai sesama pembelajar dan mitra dalam dialog, yang menciptakan suasana harapan, cinta, kerendahan hati, dan kepercayaan. 

Ketiga : Setelah siswa diperkenalkan dengan cara hidup dari suatu kebudayaan tertentu atau perilaku koruptif misalnya, kemudian siswa diminta untuk melihat persoalan yang dia temukan dalam kesehariannya di lingkungan sosialnya. 

BACA JUGA:  PT. Flobamor Akan Benahi Sarpras di TNK

Guru meminta siswa untuk mengemukakan masalah yang ditemukan terkait perilaku koruptif di lingkungannya. Setelah itu guru meminta siswa yang lain untuk bertanya dan siswa lain menjawab, kemudian diakhiri dengan kesimpulan yang dilakukan bersama siswa dalam kelas.

Hal ini dilakukan untuk menunjukkan  pelajar (siswa/guru dalam dialog) mendekati tindakan mengetahui mereka didasarkan pada pengalaman individu dan keadaan. Problem posing sebagai metode pengajaran, pengajuan masalah, melibatkan, mendengarkan, dialog dan tindakan.

Ketika metode hadap masalah ini  diterapkan  dalam proses kegiatan belajar dan mengajar di kelas hasilnya disimpulkan  siswa aktif dalam pelajaran  antropologi di kelas, tidak ada lagi siswa pasif, selain itu siswa berperan aktif dan ambil bagian dalam pelajaran secara efektif.

Indikasi keberhasilan ini ditunjukkan  Pertama, Tidak ada perbedaan antara peran guru dan murid. Dalam proses pembelajaran guru tidak pernah menganggap murid sebagai objek. Murid dilihat sebagai partner dialog untuk menyelesaiakan persoalan kehidupan. Kedua, metode hadap masalah menolak hubungan yang dikotomi antar murid guru dalam artian murid tidak hanya menyerap apa yang diceritakan guru, namun guru juga menyerap, baik ketika ia mempersiapkan bahan pelajaran maupun ketika ia berdialog dengan murid. Ketiga, melalui metode hadap masalah ini guru menyajikan pelajarannya kepada murid sebagai bahan pemikiran  mereka, dan menguji kembali pemikirannya yang terdahulu ketika murid mengemukakan pemikirannya sendiri.

Metode hadap masalah merupakan salah satu metode  yang ditawarkan sebagai solusi terhadap siswa pasif di kelas. Melalui metode ini peserta didik mampu  mengembangkan keterampilan literasi dan menuangkan ide-ide mereka dalam pembelajaran yang efektif. Melalui metode ini diharapkan siswa aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.