Korupsi dan Perawatan Wajah

IMG 20231014 WA0101 1

Perihal produksi, petani paling tahu soal harga pupuk dan kelangkaannya. Petani juga paling tahu soal begadang malam sekadar jaga aliran air sawah. Tenaga harian panen Rp 80 ribu per orang. Alat produksi dikuasai pemilik modal. Berat jadi petani.

Memang ada bantuan teknologi pertanian tepat guna. Tetapi itu melalui alur atensi anggota DPR RI. Persis bantuan dana PIP (Program Indonesia Pintar), jalurnya melalui intensi anggota DPR RI. Jelas, maksudnya ada tukar-tambah politik di balik sumbangsi. Jadi, pemerintah tak benar-benar berniat bantu petani atau pelajar. Bantuan itu buah negoisasi politis eksekutif dan legislatif agar suara DPR tidak sumbang. Itulah rasional intrumental langgam politik republik ini.

BACA JUGA:  Menjaga Hubungan Antara Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja

Irasionalnya, kala petani tak gentar kulitnya terpanggang matahari, sang Mentan justru gemar melakukan perawatan wajah keluarga. Mungkin itulah bedanya pejabat dan rakyat: pejabat dan keluarganya lapar penampilan; rakyat tampil dengan lapar tak berkesudahan.

Lapar memang tak pernah berkesudahan kalau tak ada swasembada pangan. Swasembada pangan hanyalah jargon sebab pejabat negara doyan impor. Impor pangan semakin menjadi-jadi kala kebutuhan perawatan wajah, cicil Alphard, setor partai politik dan ongkos travelling ke luar negeri semakin tinggi.