Menjadi Manusia Yang Bahagia

Menjadi Manusia Yang Bahagia

Menjadi bahagia bukanlah sebuah takdir, yang tak terelakkan, melainkan sebuah kemenangan bagi mereka yang mampu menyongsongnya dengan menjadi diri sendiri. 

Menjadi bahagia berarti berhenti memandang diri sebagai korban dari berbagai masalah, melainkan menjadi pelaku dalam sejarah itu sendiri. 

Bukan hanya menyeberangi padang gurun yang berada di luar diri kita, tapi lebih dari pada itu, mampu mencari mata air dalam kekeringan batin kita. 

BACA JUGA:  Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia pada 3-6 September dan Jadi Negara Pertama

Menjadi bahagia adalah mengucap syukur setiap pagi atas mukjizat kehidupan. 

Menjadi bahagia bukan merasa takut atas perasaan kita. Melainkan bagaimana membawa diri kita. Untuk menanggungnya dengan berani ketika diri kita ditolak.

Untuk memiliki rasa mantap ketika dikritik, meskipun kritik itu tidak adil. 

Dengan mencium anak-anak, merawat orang tua, menciptakan saat-saat indah bersama sahabat-sahabat, meskipun mereka pernah menyakiti kita. 

BACA JUGA:  Inilah Susunan Acara Tabisan Uskup Ruteng Yang Baru

Menjadi bahagia berarti membiarkan hidup anak yang bebas, bahagia dan sederhana yang ada dalam diri kita; memiliki kedewasaan untuk mengaku “Saya Salah”, & memiliki keberanian untuk berkata “Maafkan Saya” …