Tiba-tiba percakapan itu terputus. Ya begitulah resikonya telefon musim hujan. Jaringan susah, tower mungkin patah gara-gara angin kencang, pulsa habis; bersatu padu melengkapi penderitaan ini.
Meskipun demikian, bagaikan gerak tangan penabuh genderang dalam tari caci, nadiku kembali berdenyut kencang. Mendung dan malam pun tak lagi gelap bagiku. Sekarang aku membayangkan, di balik awan hitam dan gelap malam, matahari selalu bersinar terang. Cinta 1 April tak selamanya salah. Tapi, berwaspada itu juga tak ada salahnya. Pokoknya pikiranku jadi kacau balau.
Meski dalam hati aku bisa membalas pesan itu, tapi HP-ku mengingatkan: “Sisa pulsa dalam kartu prabayar Anda tidak mencukupi untuk melakukan pengiriman pesan ini, dst.” Tapi aku percaya, hari esok pasti akan tiba. Kali ini, aku kembali merayakan pesta ulang tahun pamanku.
Aku ingin tetap konsisten dengan angan-anganku, yaitu tetap menjadi tuan atas media elektronik. Dan, Randy, sebelum aku melihatmu secara kasat mata, aku tetap menganggapmu tiada. Sebab, jika ini sebuah tipuan, maka mimpiku pun tak akan pernah terwujud.