Persemian ladang tandus kian subur disiram hujan yang menggayur deras membasah.
Melodi beralun dikotak musik tua.
Kiasah lama kebali dalam Akustik-Akustik kenang
Kita pun masuk dalam alunan…
Lima belas tahun sudah rumah ini kita rawat,
Kita sadar masih terlalu muda, tidak lebih dari umur milenial pertama.
Yos yang dahulu membuka pekarangan ini menjadi rumah dan Ande yang kini menggarap dan menyemalkan benihnya.
“Dempul wuku” katanya setiap kali duduk bersama.
Dikeluarga besar ini kita pernah berduka,
Saat kerabat yang dicintai harus menjelma abu sebelum melihat benih yang ditaburnya tumbuh dan berbuah.
Barang kaulah Stefanus yang menceritakan mukjizat rumah kita kepada empunya Sorga.
Rumah ini oleh generasi tua yang mulutnya penuh petua sakti, dan dari tanggannya yang keras diserapnya ladang subur itu.
Rumah ini juga diisi dengan generasi mudah yang jiwanya haus akan prestasi dan dengan raganya ingin menghasilkan beribu karya.
Nostalgiaku akan memoar ini, rumah yang selalu kurindu saat aku jauh dari negeri terasingrumah yang menjadi “nata”s leluhur.