Asosiasi Pariwisata Soroti Pengelolahan Kawasan Tamana Nasional Komodo

Img 20231024 wa0001

Sorotntt.com,- Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, (NTT) saat ini telah menjadi magnet wisata baru yang memikat jutaan wisatawan dari penjuru dunia.

Namun dibalik keindahanya, sejumlah destinasi tujuan prioritas wisatawan, mendapatkan begitu banyak sorotan dari para pelaku wisata dan Asosiasi Pariwisata.

Hal yang menjadi sorotan yaitu, kosenrvasi, lemahnya pengawasan dan minimnya sarana prasarana pendukung pariwisata di Taman Nasional Komodo (TNK).

Asosiasi wisata yang menyoroti hal ini adalah Gabungan Pengusaha Wisata Bahari atau Gahawisri Labuan Bajo. Ketua Gahawisri Labuan Bajo, Budi Widjaja menyebutkan kurangnya pemeliharaan serta perhatian pengelola terhadap sejumlah sarpras yang pada setiap spot wisata dalam kawasan.

“Kondisi kawasan saat ini masih seperti yang ada sebelumnya. Belum ada perubahan, dan beberapa fasilitas malah tidak terurus, seperti dermaga, tali mooring dll yg membutuhkan pemeliharaan atau revitalisasi. Sementara jumlah pengunjung semakin meningkat,” Ujarnya pada Selasa 24/10/23).

Budi menyebutkan, upaya menjaga keberlangsungan konservasi dalam kawasan selama ini lebih banyak dilakukan oleh para pelaku wisata dibanding oleh BTNK selaku Pengelola.

Sejumlah upaya yang beberapa diantaranya dilakukan oleh Gahawisri Labuan Bajo sebutnya adalah rutin melakukan kegiatan pembersihan atau pengumpulan sampah baik di dalam atau diluar kawasan.

BACA JUGA:  Penjabat Gubernur NTT Mengikuti Rakor Pengendalian Inflasi Tahun 2023

Salah satu yang juga menjadi perhatian adalah pencanangan program revitalisasi tali mooring di akhir tahun ini.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi NTT, Viktor Pance mengaku mendukung penuh Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai kawasan konservasi.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi NTT, Viktor Pance mengaku mendukung penuh Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai kawasan konservasi. Salah satunya dengan keberadaan satwa komodo sebagai ikon, dan merupakan binatang langka yang ada di Pulau Komodo dan NTT.

“Itu menjadi alasan yang mendasar kenapa komodo harus dilindungi dan kawasan TNK menjadi kawasan konservasi,” katanya.

Kepariwisataan secara nasional jelas dia adalah konsep pariwisata berkelanjutan. Bahwa lingkungan menjadi daya dukung utama. Ketika lingkungan dijaga keasliannya dan ditata dengan baik, maka pariwisata itu akan hidup selama-lamanya.

“Kami sebagai pelaku pariwisata, itu menjadi komitmen atau prinsip kami untuk menjaga kelestarian alam. Karena yang kami sampaikan kepada wisatawan adalah tentang keindahan alam, keunikan budaya dan kearifan lokal,” katanya.

BACA JUGA:  Hj. Andi Riski Nur Cahya D,SH Tempuh Jalur Hukum

“Kami sebagai pelaku pariwisata sangat mendukung Taman Nasional Komodo sebagai kawasan konservasi,” tambahnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Asosiasi Kapal Wisata (ASKAWI) Kabupaten Manggarai Barat, Ahyar Abadi. Mereka sangat mendukung untuk pelestarian kawasan TNK.

Konservasi TNK kata dia harus didukung oleh pihak pengelola TNK maupun pemerintah daerah.

Terkait dengan konservasi, ASKAWI sudah melakukan beberapa kali permintaan untuk pemasangan mooring karena semakin banyak kapal yang membuang jangkar.

“Itu akan berdampak pada kerusakan terumbu karang tetapi sampai saat ini kami belum mendapatkan jawaban yang positif terkait dengan pemasangan mooring itu, baik dari Taman Nasional Komodo maupun dari pemerintah daerah,” katanya.

Keberlangsungan program konservasi dalam kawasan juga disampaikan Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies/ASITA) Manggarai Raya Evodius Gonsomer. Menurutnya, sedari awal ASITA berkomitmen untuk mendukung kelestarian kawasan TNK dengan manajemen kepariwisataan yang ramah lingkungan.

Ia mengatakan, tamu yang melewati Asita pasti akan mendukung upaya kelestarian TNK, karena akan disampaikan sebelum mereka berwisata. Ia juga menyoroti kapal yang berlayar tanpa ijin dari pihak terkait.

BACA JUGA:  Peringati HPSN 2020 sampah plastik laut terkumpul 2,1 Ton

“Kalau berlayar tanpa ijin itu pasti bukan dari travel agent tapi dari orang orang tertentu atau badan badan tertentu. Atau mungkin sudah kenal dengan Syahbandar sehingga bisa berlayar tanpa ijin, kalau selama ini tamu ASITA belum pernah terjadi Seperti itu karena kita sudah tau aturannya, dan kita tidak mau terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan bagi tamu kita,” ujarnya

Diketahui, terdapat sekitar 86 Travel agent dan tour operator yang tergabung dalam ASITA Manggarai Raya dimana semuanya memiliki kantor di Labuan Bajo.

Guna memastikan tidak menjamurnya travel agen liar, ASITA sudah mendesak Pemda Kabupaten Manggarai Barat agar menertibkan travel agen yang tidak jelas keberadaanya.

“Tapi yang namanya online ini kan agak susah, tetapi lambat laun pengunjung akan tahu, karena mereka jualnya murah, tapi yang kita amati itu, banyak situasi dimana wisatawan mendapati lain kapal yang dijual, lain yang ada di lapangan,” ujar dia.

ASITA jelas dia, dapat harga khusus baik dari kapal-kapal maupun hotel dan restaurant.

“Nah kalau orang jual dibawah itu itu jadi tanda tanya,” tegasnya.