Menanyakan “Rasa Sakit” Pada Tiang-Tiang Listrik di Desa Lemarang

20231006 094752 2

Oleh: Arnus Setu

Dua bulan terakhir ini, pinggiran jalan di pusat desa Lemarang tampak dihiasi tiang-tiang listrik. Sebuah pemandangan yang begitu “melegakan”. Mengingat Lemarang adalah salah satu desa di Kabupaten Manggarai yang masyarakatnya belum menikmati penerangan, meski tidak sedikit juga warga di sana yang memiliki genset untuk penerangan sendiri.

Dengan adanya pemasangan tiang listrik berarti masyarakat di desa Lemarang akan segera merasakan nikmatnya memiliki penerangan di rumah masing-masing tanpa harus membeli genset yang terlampau mahal. Sayangnya, dari ketiga dusun yang ada di desa ini, ada salah satu dusun yang belum terimbas pemasangan tiang listrik. Dusun tersebut bernama Lewar. Sebuah dusun yang terletak pada wilayah perbatasan dengan Kabupaten Manggarai Barat, area yang seharusnya cukup strategis mendapatkan bantuan penerangan.

BACA JUGA:  Calon Imam OFM akan Ditahbiskan di Keuskupan Ruteng

Patut diakui bahwa akses jalan ke dusun ini memang tergolong sulit. Namun, menariknya kini sudah ada satu truk yang bahkan bisa keluar masuk dusun ini untuk keperluan pengiriman material bangunan untuk tambahan 3 ruangan di SDN Lewar yang terletak di pusat dusun Lewar.

Pertanyaan sederhana (meski sebetulnya rumit): Kalau truk pengirim material seperti semen dan besi bisa masuk ke dusun tersebut, mengapa untuk tiang-tiang listrik tidak bisa? Kalau karena alasan misalnya kendala medan jalan yang sulit, bukankah warga setempat bisa dilibatkan untuk bergotong-royong mengangkat tiang-tiang tersebut?

BACA JUGA:  PESPARANI Katolik Kabupaten Manggarai- Keuskupan Ruteng Resmi Dibuka

Akhirnya, pemasangan tiang listrik yang sebenarnya dipandang indah dan melegakan di satu sisi, justru menyimpan pertanyaan “ketidakmerataan” di sisi yang lain. Kini jika memandang tiang-tiang itu, sepertinya boleh juga kalau kita tanyakan rasa sakit dan kecewa ini. Salam pemerataan!