
SOROTNTT.Com-SDN Lewar adalah salah satu sekolah di Kabupaten Manggarai yang terletak di wilayah terpencil yaitu di Dusun Lewar, Desa Lemarang, Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai, NTT.
Ketiadaan akses jalan, Ketiadaan perangkat pendukung pembelajaran bagi para guru, Hingga keterbatasan ruangan semakin melengkapi stigma terpencil pada kualitas pendidikan di sana.
Perjalanan ke SDN Lewar
Perjalanan menuju SDN Lewar akan ditentukan oleh dua kondisi air laut yaitu, Pasang naik dan pasang surut air laut. Jika sedang pasang naik, maka pengunjung akan menggunakan kendaraan perahu motor laut untuk bisa sampai ke SDN Lewar.
Sepanjang jalan, pengunjung akan disodori pemandangan bukit dan tanjung yang tak beraturan, tapi tampak indah.
Namun, jika sedang pasang surut maka pengunjung mesti berjalan kaki di sepanjang pesisir pantai. Bagi pejalan kaki yang menyukai selfie atau swafoto, pemandangan sepanjang air surut ini cocok untuk diabadikan.
Pengunjung akan melewati dua spot foto yang menarik dengan latar lautan luas yang memukau: para koe (pintu kecil) dan para mese (pintu besar).
Selanjutnya, pengunjung akan melewati dua kampung yakni Wua dan Merang sebelum memasuki kampung Lewar, tempat SDN Lewar berada.
Dengan kata lain, kendaraan darat tidak bisa melaju hingga ke SDN Lewar. Kondisi jalan terlanjur tidak memungkinkan. Karena itu baik kendaraan roda dua maupun roda empat hanya bisa sampai di wilayah Lembah atau lebih dikenal sebagai wilayah ujung aspal.
Dengan demikian, jika ada kunjungan dari pemerintah atau pengunjung lainnya dari arah timur misalnya Ruteng, Reo, Robek, dll mesti memarkir kendaraannya di Lembah.
Ruangan hanya Tiga dan Wacana Penambahan Ruangan
Ruangan di sekolah ini hanya ada tiga buah. Dengan dinding dari pelupuh bambu, lantai kasar, dan atap seng. Ketiga ruangan tersebut ibarat peribahasa ‘mati enggan hidup tak mau’.
Kondisi dindingnya kini banyak yang sudah lapuk dan patah. Meski begitu, tidak ada pilihan lain, ketiga ruangan tersebut tetap difungsikan dengan metode rolling. Belum lagi jumlah siswa yang sedikit yakni hanya 38 orang.
Libertus Adun, salah satu guru yang telah mengabdi satu tahun di SDN Lewar dalam wawancara pada kediamannya di Ojang (27/08), mengatakan bahwa kegiatan KBM di sekolah menyesuaikan keberadaan ruangan yang terbatas.
“Karena ruangan yang terbatas mau tidak mau kami guru perlu mensiasati KBM di sekolah. Untuk kelas 2 misalnya, KBM baru dimulai pada pukul 09.30 WITA, karena dari pukul 07.00 ruangan sedang dipakai oleh siswa-siswi kelas 1. Jadinya kami pakai sistem rolling,” tutur pak Libertus.
Dalam satu tahun terakhir ini sudah ada informasi penambahan ruangan untuk SDN Lewar. Bantuan tersebut bersumber dari pemerintah daerah di tingkat kabupaten. Hal ini dibenarkan oleh Kepala Desa Lemarang, Bapak Kornelis E. Osong dalam wawancara terpisah di kantor desa Lemarang. ( 21/08 )
“Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah, karena sudah memperhatikan sekolah di desa Lemarang. Pembangunan ini juga berdasarkan usulan di saat Musrenbangdes di desa sehingga tahun 2023 ada penyebaran proyek”.
Semua sekolah di desa Lemarang seperti SDI Lemarang, SDN Lewar, dan SMP Satap Lemarang ada jatah pembangunan gedung”, kata Kades Kornelis.
Meski begitu, hingga berita ini diturunkan belum ada pengerjaan penambahan ruangan di SDN Lewar. Sementara untuk SDI Lemarang dan SMP Satap Lemarang, proses pembangunan sudah berjalan. Semoga penambahan ruangan untuk SDN Lewar benar adanya dan lekas terlaksana.