SOROTNTT.Com-Pencapaian Frans Aba tidak berhenti hanya pada dunia organisasi. Ia juga sangat diperhitungkan secara akademis.
Frans mendapatkan kepercayaan untuk menjadi asisten dosen pada Fakultas Ekonomi Unwira Kupang pada 1998-2000.
Tak sampai di situ, di penghujung masa perkuliahannya (1999-2000), Frans ditunjuk Asean Foundation untuk melakukan studi investasi dan pengembangan usaha serta kebijakan publik di kawasan perbatasan bersama Ford Foundation.
Pada saat yang bersamaan, Frans menjadi tokoh intelektual muda NTT yang bekerja bersama United Nation Development Program (UNDP) sebagai Tim Pemantau Independen Penanganan dan Penanggulangan Pengungsi Timor Leste (1999-2000).
Momen bekerja dengan UNDP memungkinkan Frans menjelajah seluruh wilayah NTT untuk melihat lebih dekat realitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya di masing-masing wilayah. Salah satu jasanya yakni mengakomodir dan memfasilitasi rekonsiliasi adat di Desa Nggela-Ende.
Usai tamat dan menyandang Sarjana Ekonomi dari Unwira Kupang, Frans mengundurkan diri dari kesibukan bersama UNDP.
Frans sempat bergabung dalam Studi Pengembangan Wilayah (Rural Development) bersama Nippon Koei, sebuah perusahan konsultan asal Jepang selama setahun, 2000-2001. Ia ditempatkan di wilayah Flores dan Kupang.
Ia kemudian memilih ke Jakarta untuk meningkatkan kapasitas intelektualnya.
Saat mengenyam pendidikan strata 1, Frans menulis skripsi tentang pasar modal yang didukung langsung oleh Bursa Efek Indonesia. Ia menganalisis perkembangan pasar modal secara tajam dan kritis.
Hal ini menjadi modal baginya untuk melanjutkan pendidikan di tanah rantau. Benar saja, Frans melanjutkan pendidikan magister melalui jalur beasiswa.
Ia berkesempatan mengenyam pendidikan di Nasional University of Malaysia dengan fokus pada ilmu ekonomi murni. Selanjutnya, ia menyelesaikan pendidikan doktoral di bidang sains pembangunan (2007-2010).
Frans ditawarkan lagi untuk mengikuti pendidikan doktoral pada bidang regional ekonomi di University Sains Malaysia (2012).
Semasa pendidikan di luar negeri, Frans aktif dalam kegiatan organisasi dan aktivisme.
Ia dipercaya menjadi Ketua Investigasi dan Kajian pada Persatuan Mahasiswa dan Pelajar Indonesia (PPI) untuk Malaysia dan Singapura Periode (2004-2005) dan menjadi aktivis Aliansi Buruh Migran Asia Tenggara tahun (2005-2006).
Frans punya andil dalam penyelesaian kasus human trafficking terhadap TKI NTT bernama Nirmala Bonat. Cerita tentang keterlibatannya disembunyikan karena berisiko pada statusnya sebagai mahasiswa di Malaysia.
Ia juga menjadi Peneliti Kajian Ekonomi Kandungan Mineral dan Pertambangan untuk kawasan Indonesia bekerja sama dengan Badan Geologi Bandung dan Konsorsium dari Kanada dan China (2007-2008).
Frans pun terlibat dalam berbagai penelitian lain di bidang pembangunan, ekonomi regional, pengembangan dan perencanaan manajemen, perencanaan keuangan dan sistem pengembangan politik, kebijakan ekonomi, penerapan pasar modal dan kebijakan keuangan serta analis di Bank Sentral di dalam negeri maupun luar negeri seperti di Jakarta, Kuala Lumpur, Singapura, China, hingga Amerika Serikat.
Sesungguhnya Frans anti dengan kemapanan. Ia selalu ingin mencari tantangan baru. Ditambah pula dengan kecintaannya akan NTT, ia ingin berkontribusi untuk daerah asalnya itu.
Akan hal ini, Frans mendirikan Yayasan RAKIT: Rakyat Kecil Itu Utama (2006-sekarang). Dengan dukungan Asian Foundation, RAKIT bergerak di bidang pengembangan sosial ekonomi masyarakat marginal, dengan membuat kajian-kajian ekonomi mikro.
Beberapa hasil kajian Yayasan RAKIT telah diterbitkan dalam bentuk buku dan berkontribusi bagi penelitian-penelitian lanjutan tentang ekonomi kerakyatan, terutama menjadi referensi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi.
Sekembalinya ke Indonesia hingga kini, Frans aktif sebagai dosen tetap di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Katolik Atma Jaya Indonesia Jakarta.
Ia tetap menambah kompetensinya dengan menempuh berbagai pendidikan keahlian dan kompetensi yang bersertifikasi, seperti: Certified International of Enterprice Risk Management (CIERM), Certified International of Budgeting (CIBG), Certified International of Financial Management (CIFM), Certified International of Asset and Business Valuation (CIABV), dan Certified International of Leadeship Capability (CILC); Visiting Scholar, sebagai tamu kehormatan dalam bidang penelitian sekaligus menjadi Faculty Staff di University of Wisconsin Madison Amerika Serikat.
Frans kini dikenal sebagai peneliti senior dalam Studi Pembangunan Pedesaan Nippon Koei Program untuk Bank Jepang Internasional (JBIC), tim peneliti ahli OJK, dan tim ahli sekaligus pengajar bagi mahasiswa dan karyawan di BCA.
Selain itu, Frans dipercaya menjadi pimpinan di Perusahaan Optus Internasional berkedudukan di Singapura, bekerjasama dengan China Railway Construction Corporation (CRCC). Perusahaan ini hadir untuk mengaktifkan kembali Jakarta Monorel sebagai upaya penyelesaian masalah kemacetan transportasi di Jabodetabek.
Frans juga menjadi anggota inisiator pembuatan jalan kereta api Trans Borneo Railway sepanjang 1.500 kilometer yang menghubungkan jalur transportasi dan logistik barang Indonesia-Borneo-Malaysia.
Beberapa posisi penting yang diemban Frans yakni Pengurus Dewan Pakar Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), turut mendirikan Gerakan Bhineka Nasional (GBM) bersama Pak Eros Djarot, turut menggagas Komite Indonesia Bebas Mafia (KIBMA)
Di samping itu, ia termasuk pengurus dan anggota dari organisasi asosiasi profesi, dalam skala secara nasional maupun internasional, seperti Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), The American Economic Association (AEA), The Regional Studies Association (RSA), dan International Trade and Finance Association (ITFA).
Tidak sedikit buah pikiran Frans dipublikasikan berupa buku, karya ilmiah yang terbit di jurnal-jurnal terindeks Scopus, dan opini yang dimuat di media massa.
Beberapa buku terkait ilmu ekonomi dan kajian regional pembangunan terbit dan dijual pada Amazon, seperti: Border Economy Indonesia, Timor Leste, Australia dan Budget Policy State Economy In City Center.
Dengan segudang pengalaman akademik dan keterlibatannya dalam dunia aktivisme, Frans berkomitmen untuk mengabdikan diri demi rakyat Nusa Tenggara Timur. Ia pun menyatakan diri siap bertarung di Pemilihan Gubernur NTT 2024 mendatang (Selesai)
Got a Question?
Find us on social media or Contact us and we’ll get back to you as soon as possible.