Mekas Nggoleng dan Mekas Legit Berpolitik

ilustrasi pilpres 2019

 “Kita, kesa, harus pandai dalam perpolitikan yang kian ramai ini. Dari dulu menjelang pesta demokrasi, terutama saat kampanye calon-calon ngomongnya enak-enak, tapi setelah terpilih batang hidungnya lenyap, karena kita diberi punggung. Sehingga kesa, masyarakat mulai tahu taktik-taktik ini. Belum lagi mereka “menyiram” orang-orang dengan uang seperti menyiram sayur kangkung pada musim kering. Beruntung juga, bebek-bebek yang sering disembelih saat kampanye tidak mampu berbicara menggunakan bahasa manusia. Kalau tidak kesa, pasti gerombolan bebek itu membuka mulut lebar-lebar dan berdemonstrasi serempak mengatakan “ ini tidak wajar…ini tidak adil…!”

BACA JUGA:  Debat Kandidat Presiden untuk Siapa?

Mekas Legit tahu, itu hal lumrah di kampungnya. Ia juga ingin membagi pendapatnya tapi malas berargumen. ‘‘Sama saja bohong kesa,’’ katanya. Kemudian melanjutkan,

“Kita ngomong sampe mulut berbusa juga, kita tetap menggeluti pekerjaan sebagai petani setelah pemilihan berlalu kesa. Tusuk saja sesuai hati nurani. Setelah itu, kita melestarikan hutan seperti biasa, menjaga  lingkungan, rumah tangga, sekolah, tempat-tempat umum, dll. Itu berarti kita sudah berandil besar dalam politik. Karena politik itu, menurut apa yang didengar Lunteng di sekolah, ternyata soal menata negara dengan baik dan benar. Kalau negara kita ingin teratur maka kita harus bertanggung-jawab, tiap-tiap orang jujur dan perlu gotong royong e kesa.