Mulut Manis Sang Pembantai

Sirna! tentang kisah ini
Sesungguhnya masih ada bekas di hadapan mereka
Seseorang pemimpin tak kenal peduli
Tentang nasib dan penderitaan dari rakyat
Bersama jumlah seraut kertas berwarna merah

Kala itu berguam rakyat beramai-ramai
Sebutan pencuri pun tak lain korupsi
Karena dirinya maka tegaknya hukuman berat
Semesti layaknya engkau
Layani kami saat menjerit dan menangis

BACA JUGA:  Senja di Antara Tiga Desa

Memang benar!
Suara kami hanyalah memilih mu
Wahai pemimpin seruan untuk mu hanyalah manis di mulut
Semuanya jelas bukan?
Menutup mata dari mu seakan berpura-pura

Teruntuk para generasi penerus
Apakah kalian menginginkan hal ini?
Budaya yang tak di puji?
Hanyalah pemberian uang?
Layaknya pemimpin adalah panutan untuk rakyat

Karya : Paskalina Elfinas Efrasia (Mahasiswi Semester IV Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia UKI St. Paulus Ruteng)