Sesal dan Tobat

20230219 072839 1 jpg

Oleh: Fr. Dionysius, CSE

Rabu 22 Feb 2023

Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu, dan cucilah mukamu (Mat 6:17)

Pada hari ini umat Katolik berbondong-bondong ke gereja untuk menerima abu di dahi atau di tabur di kepalanya.

Menaruh abu di kepala merupakan salah satu tanda pertobatan yang diambil dari tradisi Israel, selain tanda lain, yaitu mengoyakan pakaian, berpuasa dan meratapi dosa.

BACA JUGA:  Sorga Bukan Cerita

Pada hari ini pula umat Katolik mengawali masa pantang dan puasa, dengan aturan yang tidak terlalu memberatkan.

Cukupkah pertobatan kita kalau kita sudah menerima abu dan menjalani pantang serta berpuasa? Rasanya tidak. Pertobatan sejati ada pada sikap hati.

Abu di dahi atau kepala dan pantang serta puasa hanya akan menjadi acara rutin setiap tahun yang tanpa makna, kalau sikap hati tidak berubah.

BACA JUGA:  TOROK SATU ABAD SANG SABDA

Masa prapaskah memang menjadi masa pertobatan. Suatu masa untuk merefleksikan hidup dan dosa yang selama ini kita kerjakan.

Selanjutnya, keasadaran diri sebagai orang berdosa, disempurnakan dengan sesal dan tobat. Itu berarti, mengoyakkan semua dosa kita dan mengenakan cara hidup baru yang sesuai dengan kehendak Allah. Amal dan kasih menjadi wujud nyata sesal dan tobat.