Surat Untuk Lia

surat untuk Lia

Aku selalu berharap bahwa kita akan selalu bersama, seperti tulisan yang sering kubaca pada akun facebook orang-orang yang sudah berpengalaman dalam urusan cinta, supaya jangan pergi hanya karena kita selalu bertengkar, jangan egois hanya karena selalu ingin benar. Anggaplah pertengkaran hanya sebagai bukti bahwa kita adalah dua orang yang selalu takut akan kehilangan. Inginku begitu, tapi apa daya itu hanya asaku bukan asamu. Dunia kita kini sudah berubah dan berbeda. Aku dan kamu tak lagi menjadi kita. Tak ada lagi kata sayang, tak ada lagi kata rindu, tak ada pesan dan juga tak ada lagi ringtone, Bidadari Tak Bersayap dari Anji Manji yang sengaja kuatur khusus untukmu, wanita yang kuharapkan akan menjadi ibu dari anak-anakku yang lucu dan imut. Semuanya tentang kamu, Lia. Tapi sejalan dengan tepis detik yang kurasa kian menipis. Nyata mendorongku bukan untuk bermimpi melulu, tetapi untuk segera meraihnya.

BACA JUGA:  Kopi Kebohongan

Kau tahu Lia, akhir-akhir ini aku lebih sering membuka facebook. Bukan karena ada pesan yang masuk, tapi sekedar untuk memainkan jari jempol naik-turun di beranda. Aku lakukan itu, untuk memberitahukan kepada orang-orang di luar sana bahwa aku masih hidup, dan khususnya kepadamu kalau sempat engkau melihat aku online. Aku melakukannya terus menerus, hanya untuk memastikan satu dua hal yang sebenarnya aku juga tidak tahu tentang apa. Sampai suatu ketika aku dibangunkan dari tidur panjangku, dari lelah lelapku, ada yang menulis begini, “Cinta itu seperti angka 4, 2 dan 1. 4 mata 2 hati dan 1 cinta, 4 kaki, 2 raga dan 1 tujuan, kenapa angka 3 tidak disebutkan? Karena semuanya akan hancur oleh orang ketiga”. Seperti kita yang sekarang. Tanpa kata dan asa, hancur berantakan. Setidaknya yang aku tahu kini, dari berita angin yang sempat bertamu sebulan yang lalu, masuk ke kontrakanku lewat pintu depan dan langsung membangunkan aku dari khayal tentangmu. Kau sudah berdua, dengan siapa aku tak juga tidak tahu. Mengerti saja, kabar angin kadang sesumbar sepoi di siang hari. Tapi aku berharap tidak.