Mangrove Borong dan Pembangunan Matim

IMG 20191130 WA0023 jpg webp

Lalu, politisi dan pakar “asing” datang bermain di air keruh. Dugaanya, demi kepentingan politik tertentu. Dengan memanfaatkan dalil-dalil perlindungan mangrove dan perlindungan warga yang “nyaman” itu, mereka menggoreng isu. Dengan pembangunan jalan dihentikan, tingkat kepercayaan publik kepada pemerintah merosot turun.

Mungkin itulah resiko pembangunan di altar demokrasi. Konflik kepentingan tak terhindarkan. Selalu ada riak di balik pembangunan yang membiak. Soalnya, kepentingan umum (bonum communae) selalu berhadapan dengan kepentingan individu dan pragmatisme politik yang miopia.

BACA JUGA:  Material Lumpur dan Pasir Memenuhi Sungai Wae Pesi, Perlu Dilakukan Pengerukan

Terlepas dari semua itu, ekonom suara Joseph E. Stiglitz menguatkan logika pembangunan kita. “Development is about transforming the lives of people, not just transforming economies”.

Sejalan dengan itu, pembangunan jalan lingkar tidak saja berujung pada transformasi ekonomi masyarakat, tetapi juga mentransformasi hidup dan cara berpikir manusia ke arah yang lebih baik. Bertumbuh dalam kesejahteraan dan selaras dengan alam sekitar.