Mantovanny Tapung: ‘Kembeleis” orang Manggarai, Picu gaya Hidup Tak Berkelanjutan

IMG 20220521 WA0024 1 jpg

Dan, setiap orang di belahan bumi ini, perlu mempelajari potensi krisis keberlanjutan yang terjadi di lingkungan sekitarnya (bencana alam akibat perubahan iklim, krisis pangan, krisis air bersih dan lain sebagainya), serta mengembangkan kesiapan untuk menghadapi dan memitigasinya.
Dari sudut pandang pedagogik kritis, bila orang Manggarai tidak segera membangun kesadaran bersama akan ancaman gaya hidup “Kembeleis” ini, maka sadar atau tidak sadar, cepat atau lambat akan masuk pada fase kehilangan generasi (lost generation).

BACA JUGA:  Program TEKAD Hadir di Desa Bea Kakor; Menyatukan Perbedaan yang ada

Kita berkontribusi secara negatif dengan membuat warisan (legacy) gaya hidup yang salah arah bagi generasi berikutnya. Dari sudut pandang ini, bukan tidak mungkin, masyarakat Manggarai dapat diklasifikasikan sebagai masyarakat berkondisi tidak waras (The insane society) yang merupakan lawan dari gagasan masyarakat waras ‘The Sane Society’ dari gagasan Erich Fromm (2008), atau menjadi masyarakat yang mengalami ‘anomi’ menurut salah seorang sosiolog modern, Emile Durkheim (1968).