Akh, Lanny… (Mendaur Keresahan Calon Mahasiswa)

Gusty Rikarno

……………………………………….

Angin bertiup lagi. Kali ini sangat kencang, hingga terpal warung penjual kelapa muda itu terhempas. Kami berdiri dan menghindar cukup jauh. Debu beterbangan bersama hawa dingin yang menggigit tulang. Untung saja, agendaku tidak banyak di hari ini. Saya ingin memenuhi rasa ingin tahu dari calon mahasiswi ini. Kakak sepupunya yang setia menunggu empat puluh menit yang lalu datang mendekat. Kami berdiri sambil bercerita. Ia (kakak sepupunya Lanny) ikut berkisah tentang tangisannya di beberapa tahun silam saat Universitas PGRI ditutup. Ia sudah semester enam saat itu. Ia tertunduk seakan tidak ingin mengingat nama kampus itu lagi. Banyak hal yang ia korbankan. Ia putuskan untuk kuliah dari semester awal lagi di kampus berbeda. Jika tidak berhalangan, ia sudah wisuda bahkan sudah kerja. Ia menyesal telah membebani orang tuanya. Yah… nasi sudah menjadi bubur bahkan sudah basi. Mau bagaimana lagi.

BACA JUGA:  Shotokan Karate-Do Indonesia Cabang Manggarai Buka Pendaftaran Anggota Baru

“Saat ini, sekolah itu penting. Negara ini dan semua perusahaan masih percaya lembaran yang bernama ijazah itu. Biar keren dan tidak melawan arus, kalian harus kuliah. Tetapi ketahuilah, bukan lembaran ijazah itu yang kalian kejar. Ijazah itu benda mati dan menjadi sampah saat kamu tidak kreatif dan produktif. Jangan hidup untuk kuliah tetapi kuliahlah untuk hidup. Buatlah dirimu berarti, minimal kamu mampu bercerita bersama potensi yang ada dalam dirimu. Jika hidup itu hanya sebatas cerita, maka ceritakanlah diri salam satu cara. Biarlah orang terinspirasi dari cara kamu berpikir dan bekerja. Pernah dalam satu seminar pendidikan, saya mengajak untuk belajar dari orang “gila”. Ia (orang gila) bekerja sesukanya dan tidak pernah peduli apa kata orang. Untuk kamu jadilah orang gila yang waras. Kenali diri dan talenta yang kamu miliki dan jadikan itu produktif. Kamu tahu? Hanya orang kreatif yang mampu menciptakan pekerjaan sendiri. Kreatif itu adalah bentuk lain dari “gila”. Jalani saja, tidak boleh terpengaruh dari kata orang. Nikmati hobimu dan jadikan itu sebagai pekerjaan yang menghasilkan uang,” demikian saya berbicara penuh ekspresi.