Akh, Lanny… (Mendaur Keresahan Calon Mahasiswa)

Gusty Rikarno

Sesekali saya memperhatikan si penjual kelapa muda itu. Masih muda dan energik. Perantau dari tanah Jawa dan berjualan kelapa punyanya anak NTT. Tidak jauh dari situ, ada pondok cukur rambut. Di pintunya tertulis “Cukur rambut Madura”. Tidak bermaksud tempat mencukur rambutnya orang Madura. Tidak. Orang Madura yang datang untuk mencukur rambutnya orang NTT. Penghasilannya mencari sepuluh juta dalam sebulan. Tidak bermaksud rasis tetapi ini adalah cerita kita, cerita generasi muda NTT yang kebingungan (menganggur) di tengah banyaknya peluang kerja. Terkadang saya sedih. Sedih sekali ketika banyak orang tua  memberikan standar sukses hanya pada profesi PNS. Tidak heran, besarnya belis ditentukan oleh standar itu. Akh, sedih sekali.

BACA JUGA:  Cegah Korupsi Penanganan Wabah Corona, KPK Terbitkan SE PBJ dan Tempatkan Anggota di Gugus Tugas COVID-19

Tidak terasa, 180 menit, kami habiskan waktu bersama. Lanny bersama sepupunya harus kembali. Melanjutkan perjalanan berkeliling Kota Kupang. Begitulah tradisi “anak baru”, untuk tempat yang baru dikenalinya. Ia ingin berjalan dan memantau suasana kota yang bakal ditempatinya. Ia mengunjungi tempat di mana pakai HP, sepatu bagus dipajang dan dijual. Target pertamanya, bawa uang dari kampung dan siap membeli barang-barang itu. Saya tidak tahu, apakah Lanny terpesona dengan perpustakaan daerah NTT dan menyinggahi toko buku Gramedia. Saya tidak tahu. Satu yang pasti, tugasku selesai. Saya berharap Lanny menyimpan nomor handphoneku. Saya lupa berpesan untuk hati-hati memilih kampus. Pilihlah jurusan (bidang studi) yang paling kamu suka. Jangan ikut arus. Utamakan tugas kuliahmu sambil membagi waktu yang bijaksana dalam kegiatan berorganisasi. Berpikirlah untuk berwirausaha dan kamu harus profesional di bidangmu. Jangan masuk jurusan ekonomi jika kamu suka menyanyi dan bermain musik. Masuklah jurusan sendratasik. Menjadi guru seni itu sudah cukup untuk kamu bahagia dan akan memenuhi kebutuhan ekonomimu. Ingat, kampus itu bakal berkualitas dari cara kamu berbagi waktu dengan bijaksana dan tanpa sadar kamu ikut “mempromosikan” kampus dalam satu cara. Akh … Lanny. Saya lupa bertanya kamu dari mana. Mengapa harus kuliah di Kupang jika di Flores, Alor, dan Sumba ada kampus. Kuliahlah di sana, bantu orang tuamu. Kasihan mereka, jika kamu datang ke kota ini dan akhirnya masuk dalam kelompok “cuci gudang”.